seafoodmanagementconsultant

KONSULTAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN

Pengolahan Supply Air sebagai Bahan Baku Industri Perikanan

Dalam proses pengolahan dalam industri pangan, khususnya perikanan penggunaan air dalam proses pengolahan adalah aspek penting yang harus diperhatikan. Selain digunakan untuk melakukan proses pencucian terhadap infrastruktur proses seperti area kerja, peralatan ataupun dari bangunan itu sendiri, air juga digunakan untuk proses pencucian terhadap bahan baku perikanan itu sendiri maupun digunakan dalam proses pembuatan es yang akan bersentuhan atau kontak langsung dengan produk perikanan.

Pengelompokan air dibagi menjadi dua jenis, yaitu klasifikasi air minum dan air bersih. Apa bedanya? Klasifikasi air bersih dikelompokkan sebagai air yang layak digunakan di luar untuk kebutuhan konsumsi, misalnya untuk kegiatan domestik seperti mencuci pakaian atau kebutuhan MCK. Namun berbeda dengan air minum, dimana klasifikasi yang ditetapkan lebih ketat karena untuk kebutuhan konsumsi manusia. Selain melihat pada parameter mikroorganisme (kandungan mikroba yang terkandung, harus dipastikan memiliki nilai patogen nil), juga melihat pada kandungan logam berat yang ada. Beberapa logam berat seperti Aresn dan raksa dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

Dalam persyaratan yang ditetapkan USFDA, ditemukan bahwa seluruh air yang digunakan dalam semua kondisi yang bersentuhan dengan bahan harus dipastikan masuk kualifikasi air minum. Bahkan untuk air yang digunakan sebagai air untuk mencuci tangan sekalipun. Lalu bagaimana cara untuk melakukan proses pengolahan air yang digunakan untuk memasok industri proses perikanan?

1. Proses sourcing/ pencarian air
Lakukan proses pencarian dan pemetaan terhadap sumber air yang digunakan untuk kebutuhan proses. Pihak industri dapat mengambil dua pilihan yaitu dengan menggunakan sumber air air tanah ataupun dengan menggunakan jasa penyalur air bersih resmi. Apa pun alternatif pilihan yang diambil, hal yang pasti adalah melakukan proses inspeksi terhadap kualitas air yang akan digunakan. Proses pemeriksaan ini berguna untuk memastikan tahapan proses selanjutnya yang berkaitan dengan penanganan air pada tahapan berikutnya.

2. Proses pengolahan air
A. PENYARINGAN AIR
Setelah menetapkan sumber air yang digunakan, lakukan proses pengolahan air. Tahapan awal adalah dengan melakukan teknik penyaringan. Tahap penyaringan awal, dimana air yang langsung berasal dari sumbernya tersebut dilakukan proses penyaringan untuk memastikan bahwa kontaminan fisik berkurang atau hilang. Pengurangan kontaminan fisik ini sangat berguna untuk mengoptimalkan proses berikutnya yaitu kontak air dengan sinar UV (ultraviolet) yang berguna untuk menghilangkan mikroorganisme dari kandungan air yang terdapat dalam produk tersebut.

B. TAHAPAN PROSES ULTRAVIOLET
Pada proses ini, air dilakukan kontak dengan sinar ultraviolet yang berguna untuk membunuh mikroorganisme patogen yang umumnya ada dalam air (seperti E.coli). Dengan waktu kontak tertentu, air akan mendapatkan tahapan penghilangan mikroba.

C. PENYARINGAN AIR
Tahapan selanjurnya adalah proses penyaringan ulang. Proses ini dilakukan kembali, mengingat adanya potensi pecahnya jalur air yang dilalui kontak dengan sinar UV yang terbut dari gelas.

4. Tahapan deionisasi
Proses ini dijalankan dengan melakukan proses penanganan dengan menggunakan resin ion exchange yang digunakan untuk menghilangkan kandungan logam berat dalam air.

Setelah seluruh proses dijalankan, lakukan kembali proses pemeriksaan terhadap air yang dihasilkan. Selain dengan proses pengolahan ini, tersedia alternatif lainnya untuk penanganan terhadap supply air seperti proses ozonisasi. Sebelum menjalankan penanganan water treatment ini tidak ada salahnya untuk melakukan proses pencarian referensi eksternal yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. (tri_hartono2002@yahoo.com, 081335632084)

Januari 23, 2012 Posted by | ISO 22000, Manual HACCP | , , , , , | Tinggalkan komentar

PROGRAM KONSULTASI INDUSTRI PERIKANAN

Pengembangan dan pemastian bahwa industri perikanan yang dikembangkan oleh pelaku industri perikanan akan menjadi industri perikanan dengan nilai profit yang tinggi dan tetap memperhatikan sistem manajemen keamanan pangan.

Januari 21, 2012 Posted by | Uncategorized | , , , , , | Tinggalkan komentar

KONSULTASI HACCP SEBAGAI BENTUK VALIDASI

Dalam industri pengolahan pangan, khususnya perikanan, kegiatan konsultasi adalah suatu tahapan yang penting yang dipersyaratkan dalam konsep pengembangan tahapan validasi dalam pemastian Sistem Manajemen Keamanan Pangan. Penggunaan konsultan eksternal dapat digunakan oleh pihak perusahaan sebagai salah satu bentuk pengembangan referensi eksternal untuk memastikan kesesuaian persyaratan dalam Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Berikut adalah beberapa alasan yang menjadikan mengapa tahapan ini merupakan kegiatan validasi.

1. Program Audit
Konsultan HACCP melakukan proses penilaian terhadap Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Kegiatan audit yang dijalankan dalam perusahaan tersebut dapat digunakan sebagai tahapan validasi dari Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang ada dalam perusahaan. Paling tidak, hal tersebut dapat digunakan sebagai bentuk proses pemeriksaan silang terkait dengan Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang dimiliki oleh perusahaan.

2. Sumber Referensi Eksternal
Jasa konsultan HACCP yang kompeten dapat memberikan referensi eksternal berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki dalam industri sebelumnya. Suatu bentuk hal yang penting bagi perusahaan untuk dipastikan apakah proses yang dimiliki sudah sesuai dengan Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang dipersyaratkan. Kehadiran konsultan yang kemudian menetapkan status validasi terhadap proses yang dijalankan akan menjadi nilai penting dalam penyusunan Sistem Manajemen Keamanan Pangan dalam perusahaan.

Melihat pada poin dan informasi seperti yang dimaksud, maka tidak ada salahnya perusahaan untuk melakukan proses investasi terhadap penggunaan jasa konsultan Sistem Manajemen Keamanan Pangan. Tentu saja sebelumnya ada baiknya untuk melakukan proses pemeriksaan terhadap keandalan dan kompetensinya. (tri_hartono2002@yahoo.com, 081335632084)

Januari 21, 2012 Posted by | ISO 22000, Manual HACCP | , , , , , , , | Tinggalkan komentar

Aplikasi OPRP (Operational Pre Requisite Program) dalam Industri Perikanan

Terdapat istilah yang menarik mengenai OPRP yang disebutkan sebagai suatu bentuk konsep menarik yang ditetapkan dalam Sistem Manajemen Keamanan Pangan dalam industri perikanan. Melihat dari penjelasan OPRP itu sendiri, yang menjelaskan adanya kebutuhan aplikasi operasional dalam penerapan PRP (Pre Requisite Program) yang ada di dalam industri pangan.

KONSEP 1: OPRP———PENJELASAN OPERASIONAL DARI PRP

Sebelumnya, hanya ada istilah yang bernama PRP (Pre Requisite Program), istilah ini muncul sebagai bentuk informasi yang terkait dengan adanya persyaratan sistem yang harus terpenuhi sebelum penerapan dan impelementasi HACCP tersebut dijalankan. Adapaun yang dimaksudkan dengan PRP itu sendiri adalah GMP (Good Manufacturing Practice) dan SSOP (Standard Sanitation of Operational Procedure). Dalam konsep ISO 22000, kedua sistem ini tidak hanya disebutkan sebagai bentuk persyaratan saja, namun dipersyaratkan adanya kebutuhan terhadap penerapan sistem tersebut secara operasional yaitu adanya bentukan SOP/ dokumentasi sistemnya serta catatan yang ada dalam sistem manajemen operasionalnya.

KONSEP 2: OPRP ———-PENURUNAN TINGKAT GRADE DARI CCP

Terdapat beberapa teori yang terkait dengan konsep OPRP, yang mana menjelaskan bahwa tahapan proses ini mengadung bahaya yang siginifikan namun dalam tahapan pohon keputusan ditemukan bahwa tahapan ini tidak termasuk ke dalam tahapan yang termasuk ke dalam klasifikasi CCP. Sebagai contoh adalah proses pengendalian bahaya kontaminasi logam yang mana, muncul ke dalam setiap tahapan proses pengolahan yang menggunakan proses alat cutting/ alat potong yang dapat menyebabkan adanya resiko terhadap kontaminasi logam dan bahaya tersebut sangat signifikan namun melihat dari pohon keputusan bukan termasuk ke dalam tahapan CCP. Namun mengingat bahwa resiko ini menjadi bahaya yang cukup signifikan maka dikendalikan dalam OPRP akan menjadi titik fokus pengendali yang sama kuatnya dengan CCP.

Dari penjelasan yang diberikan dalam konsep CCP ini, hal ini menjadi suatu bentuk perhatian yang penting bagi industri perikanan untuk melakukan proses penetapan OPRP. Selain dapat mengurangi bahaya yang signifikan muncul di dalam mekanisme manajemen operasional. Tahapan ini juga menjadi bentuk penting dalam proses penyusunan Sistem Manajemen Keamanan Pangan dalam perusahaan. (tri_hartono2002@yahoo.com, hp: 081335632084).

Januari 21, 2012 Posted by | ISO 22000, Manual HACCP, Training | , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

Penetapan Titik CCP dalam Industri Ikan Tuna Beku

Dalam industri tuna beku, terdapat beberapa titik (poin) yang berkaitan dengan CCP (Critical Control Point) yang terkait dengan proses penanganan terhadap proses operasional pengolahan tuna beku. Adapun titik CCP yang masuk ke dalam kaitannya dalam proses pengolahan tuna beku ada pada tahapan proses berikut.

1. Proses Penerimaan Bahan Baku
Dalam proses penerimaan bahan baku, terdapat potensi adanya bahaya yang muncul dalam produk ikan tuna yang dalam proses selanjutnya tidak dapat dikendalikan lebih lanjut, malah kemungkinan besar akan terjadi peningkatan nilai histmain yang berlebih. Histamin dalam produk ikan tuna, adalah bahaya kimia yang dalam aspek bahaya sangat signifikan dan dapat berpotensi menimbulkan kematian bagi konsumen. Kandungan histamin itu sendiri tidak dapat dikurangi dalam proses berikutnya untuk dipastikan adanya penurunan kandungan di dalamnya.
Oleh sebab itu, dalam proses penerimaan bahan baku, ada baiknya dilakukan proses pemeriksaan terhadap kandungan histamin material yang diterima untuk dapat memastikan bahwa material produk perikanan tersebut aman dan tidak beresiko mengalami peningkatan histamin sampai kadar yang dapat membahayakan konsumen.

2. Proses pendeteksi metal
Tahapan ini menjadi sangat penting dalam proses analisis HACCP pada produk perikanan yang diolah dalam industri. Mengingat bahwa dalam proses pengolahan ikan tuna beku (loin) terdapat suatu kondisi yang dapat menyebabkan adanya unsur kontaminasi metal di dalam produk perikanan yang dimaksud itu sendiri akibat adanya penggunaan alat yang menggunakan metal. Seyogyanya, semua tahapan akan menjadi kritikal untuk diawasi apabila tidak terdapat pendeteksi metal. Sehingga apabila suatu industri tersebut telah melakukan proses instalasi terhadap metal detector, maka tahapan tersebut digunanakan sebagai tahapan dimana titik kritis diawasi dalam proses.

Kedua tahapan tersebut menjadi titik CCP yang ditetapkan dalam proses pengolahan produk perikanan dalam industri ikan tuna (loin) beku. (tri_hartono2002@yahoo.com, HP; 081335632084)

Januari 21, 2012 Posted by | ISO 22000, Manual HACCP, Pengolahan Produk | , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

Kiat Memilih Training Sistem Manajemen Keamanan Pangan dalam Organsasi

Saat ini, banyak perusahaan yang menawarkan jasa terhadap program pelatihan Sistem Manajemen Keamanan Pangan. Alternatif program pelatihan yang banyak ini tentunya akan membuat suatu perusahaan untuk melakukan tindakan seleksi dan evaluasi terhadap program pelatihan Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang ditawarkan. Sebaiknya perusahaan melakukan proses evaluasi untuk melihat terlebih dahulu metode dan tata cara dari bagaimana provider tersebut menyajikan program pelatihan.

1. Perhatikan Program Pelatihan yang Ditawarkan
Hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah isi dari program pelatihan yang disajikan tersebut. Perhatikan kurikulum atau silabus dari materi isi pelatihan. Pelatihan Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang baik menyajikan tahapan dasar mengenai GMP dan SSOP secara mendetail, disesuaikan dengan sistem manajemen operasional yang dijalankan dalam perusahaan. Terdapat penjelasan yang secara detail dapat menjelaskan tahapan-tahapan penyusunan HACCP, program dan proses penyusunan dokumentasinya serta konsep mendetail dalam pemberian pemahaman ISO 22000.

2. Perhatikan Kualitas Instruktur Pelatihan
Sebaik-baiknya program pelatihan yang disajikan, tetap saja membutuhkan adanya akomodasi instruktur pelatihan yang tepat dan memadai. Sebaiknya, pilihlah instruktur yang benar-benar memahami industri yang Anda miliki dan kalau bisa pernah terjun di dalam manajemen operasional tersebut adalah suatu nilai plus sehingga materi yang disajikan dalam pelatihan tersebut dapat dipahami dengan baik oleh audiens.

3. Lihat referensi perusahaan
Hal ini menjadi nilai yang sangat penting dalam proses pengembangan program pelatihan. Sebaiknya lihat jenis perusahaan/ industri apa saja yang sudah pernah mendapatkan materi pelatihan yang dimaksudkan tersebut. Tidak ada salahnya untuk mengkomunikasikan hal ini kepada pihak perusahaan yang terkait dengan referensi tersebut untuk melihat apakah perusahaan tersebut mendapatkan manfaat yang optimal dalam proses kegiatan pelatihan tersebut.

Untuk mendapatkan referensi eksternal yang tepat dalam proses konsultasi dan pengembangan program pelatihan yang tepat dalam perusahaan Anda, khususnya terkait dengan Sistem Manajemen Keamanan Pangan, tidak ada salahnya untuk berkomunikasi dengan kami. (tri_hartono2002@yahoo.com, hp: 081335632084).

Januari 21, 2012 Posted by | ISO 22000, Training | , , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

PAKET IN HOUSE TRAINING HACCAP-PADA INDUSTRI PERIKANAN

Banyak pilihan bagi industri perikanan yang terkait dengan kebutuhan akan pelatihan Sistem Manajemen Keamanan Pangan. Namun, rata-rata provider dari pelatihan tersebut tidak mengkhususkan pelatihan yang spesifik pada industri perikanan. Belum lagi, format Manual HACCP yang ditetapkan dalam industri perikanan diatur dalam format baku yang sedikit berbeda dengan industri makanan lainnya. Serta mengingat industri perikanan yang sangat spesifik dan juga berbeda antara industri yang satu dengan lainnya (khususnya yang berhubungan dengan kondisi bangunan dan lay out pabrik) maka ada baiknya perusahaan melihat alternatif pelatihan in house saja yang dijadikan sebagai pilihan dibandingkan dengan Public Training.

Lalu bagaimana mencari provider pelatihan in house yang tepat?
Hal yang pertama yang harus dikaji adalah kompetensi dari instruktur atau konsultan yang melakukan proses pelatihan yang dimaksud. Pelajari latar belakang pendidikannya dan pengalaman kerja dari konsultan yang bersangkutan.

Hal kedua adalah mempelajari silabus dan output atau hasil yang didapatkan dalam pelatihan tersebut. Apa manfaat terbesar dari konsep pelatihan tersebut diiplementasikan ke dalam bisnis dan usaha perikanan Anda. Dalam pelatihan in house yang ditawarkan harus memuat informasi terkait dengan beberapa aspek berikut:
(a) Pemahaman terhadap langkah-langkah penyusunan HACCP
(b) Pemahaman tentang dokumentasi HACCP
(c) Workshop penyusunan manual HACCP
(d) Konsep dan Teknik Audit HACCP
Dimana output yang dihasilkan selain adanya pemahaman yang baik pada peserta pelatihan, juga tersedianya dokumen-dokumen yang siap pakai untuk implementasi serta tim audit HACCP.

Perhatikan penawaran dengan tepat, pastikan konsultan yang melakukan pelatihan in house di perusahaan Anda benar-benar menyediakan dan mengakomodasikan konsep pengembangan program konsultasi dalam perusahaan Anda secara efektif. Untuk lebih jelasnya LIA Consulting dapat mengakomodasi Anda dengan informasi yang tepat dan akurat untuk pengembangan Sistem Manajemen Keamanan Pangan dalam perusahaan Anda. Dengan kegiatan in house pelatihan sebanyak 5-7 hari (tergantung kerumitan dalam industrinya), kami pastikan fondasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan dalam industri Anda sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan layak mendapatkan sertifikat HACCP.

(amarylliap@yahoo.com, 0829369926 atau 081335632084)

Januari 8, 2012 Posted by | Training | , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

Perlukah Mengikuti Pelatihan HACCP?

Apakah perlu saya mengikuti pelatihan HACCP? Apabila Anda adalah bagian dari rantai industri perikanan, jawabannya adalah perlu. Tidak peduli apakah posisi Anda berada pada bagian paling hulu maupun pada posisi paling hilir dalam industri dan bisnis perikanan, pengetahuan yang tepat akan HACCP itu sendiri. Dalam Sistem Manajemen Keamanan Pangan (HACCP dan ISO 22000), pertimbangan terhadap resiko pangan sudah muncul ketika produk tersebut berada pada bagian paling hulu dari suatu tahapan proses. Menarik untuk dicermati dengan tingkat variasi pendidikan maupun latar belakang akan menyulitkan dalam melakukan proses sosialisasi dan pemahaman HACCP kepada seluruh lini yang ada.

Beberapa alasan yang dapat diketengahkan sebagai bagian mengapa pelatihan sangat diperlukan.
(1) Memastikan terpenuhinya persyaratan kompetensi dari pelaku usaha perikanan
Tentu akan menjadi PR yang tidak ada habisnya, apabila suatu industri perikanan alpa dalam melakukan proses pengembangan program pelatihan. Proses koreksi lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan aspek pencegahannya, kesalahan dalam penanganan terhadap produk yang terkait dengan Sistem Manajemen Keamanan akan lebih tinggi. Hal yang mana bisa diminimalkan dari kesalahan manusia menjadi suatu proses yang tidak terkendali dalam aspek penanganannya di lapangan.

(2) Patuh akan peraturan persyaratan
Jangan lupa bahwa auditor HACCP hanya datang dalam jangka waktu tertentu, tiak setiap hari proses pemantauan dilaksanakan. Kadangkala hal ini lah yang membuat pelaku industri mengesampingkan konsistensi dalam penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan, dan tentu saja hal ini menjadi suatu bentuk keputusan yang salah. Ketidakkonsistenan ini ibarat suatu bentuk penyimpangan yang semakin lama akan memperbesar batasan spesifikasi kualitas dan jaminan keamanan pangan dalam perusahaan.

(3) Sebagai panduan dalam menyusun manual HACCP
Kebutuhan akan menghasilkan manual HACCP yang tepat dan konsisten merupakan suatu bagian penting dalam pemberian ijin operasional dalam usaha perikanan. Kurangnya pemahaman dan kompetensi dalam melakukan proses penyusunan ini dapat mengakibatkan proses dari penerbitan sertifikasi akan lama karena kegiatan dan program audit yang dijalankan akan berlangsung lama, dimana aspek feedback akan menjadi sangat panjang. Hal yang seringkali terlupakan adalah bahwa aspek penerbitan sertifikasi HACCP itu tidak hanya berkaitan dengan sistem dokumentasi belaka namun juga berkaitan dengan pelaksanaan aktual yang dijalankan di lapangan termasuk melihat kondisi dan status bangunan yang ada di lapangan.

Tiga alasan inilah yang dapat menjelaskan mengapa pelatihan HACCP sangat diperlukan dalam perusahaan perikanan. Agar dapat memberikan hasil yang optimal dalam program pelatihan, penyusunan dan implementasi dari HACCP di bidang perikanan, usahakan mencari referensi konsulan yang tepat yang dapat mengakomodasi usaha Anda dengan baik.

(amarylliap@yahoo.com, HP: 0812969926)

Januari 8, 2012 Posted by | Manual HACCP, Training | , , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

10 ALASAN YANG MENYEBABKAN INDUSTRI PERIKANAN GAGAL BERTAHAN

Banyak orang yang mengira bahwa industri perikanan adalah industri yang mudah untuk dirambah. Kelihatannya memang tidak sulit, bagaimana kita menerima bahan baku kemudian mengolahnya dan menjualnya yang mungkin dengan harga yang berkali-kali lipat dibandingkan dengan harga bahan bakunya. Namun, seringkali kita melihat jarang sekali perusahaan perikanan, khususnya lokal, dapat berkembang secara pesat sampai dengan puluhan tahun. Lalu apa yang menjadi kesulitan dari pengembangan industri perikanan di Indonesia.

(1) Kegagalan dalam perencanaan produksi
Salah satu keunikan dari industri perikanan adalah kedekatan dengan faktor dan siklus alam yang tidak menentu. Di mana otomatis, hal tersebut akan menyebabkan ke dalam kerumitan tertentu untuk perencanaan produksi. Misalnya, ketika suatu industri memprediksi bahwa bahan baku akan datang dengan jumlah banyak dan sudah mempersiapkan tenaga kerja untuk mengolah produk tersebut, namun ternyata gagal produksi, tentu kerugian yang akan di dapatkan. Belum lagi ketidaktepatan dalam realisasi produksi yang akan dijalankan untuk dijual kepada pelanggan.

(2) Kesalahan dalam melakukan proses penyusunan budget
Salah satu keunikan dalam industri perikanan adalah kesulitan dalam mengukur seberapa besar budget yang harus dikeluarkan untuk alokasi sumber daya manusia. Beberapa perusahaan mengeluaran strategi menetapkan budget dengan biaya yang tinggi namun hasil pengadaan bahan baku nilainya tidak sebanyak dengan hasil yang didapatkan. Menarik untuk dicermati, lalu apakah industri ini seperti bermain judi? Tentu tidak, dalam industri perikanan peranan Finance Controller memegang peranan penting untuk menghitung strategi yang tepat apakan pengeluaran biaya alokasi bahan baku tersebut dapat menghasilkan estimasi pengadaan yang sepandan. Hal ini tentu saja, harus disertai dengan pengalaman yang tepat.

(3) Alpa dalam menerapkan Sistem Manajemen Keamanan Pangan
Dibandingkan dengan industri pangan lainnya, industri perikanan adalah jenis industri yang memiliki tingkat komitmen yang sangat tinggi terhadap aplikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan (HACCP dan Sistem ISO 22000). Selain karena peraturan dan regulasi yang ditetapkan cenderung sangat kuat, produk perikanan itu sendiri masuk ke dalam kategori produk dengan resiko tinggi. Tentu saja pelaku industri sebaiknya berpikir untuk tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan konsumen, yang tentu saja akan berakibat kepada kepercayaan dalam bisnis.

(4) Tidak Menjaga Kualitas
Kesalahan yang paling sering muncul pada industri mana pun, tidak hanya perikanan. Namun khusus perikanan, apabila suatu industri ingin memasuki suatu area dengan segmentasi high level, tentu saja harus mempertimbangkan biaya kualitas sebagai bentuk akomodasi dari proses operasional bisnis. Tindakan ambil untung besar dengan mengorbankan kualitas akan berakibat hilangnya kepercayaan konsumen kepada pelaku industri.

(5) Kegagalan dalam mengembangkan kompetensi SDM
Faktor ini sebenarnya juga tidak hanya dapat merusak proses bisnis, namun juga akan beresiko terhadap produk. Kegagalan perusahaan untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan tidak memiliki aspek disiplin yang tinggi akan berakibat pada nilai reject dalam produk. Bahan baku dengan kualitas paling tinggi sekalipun apabila tidak dapat diproses secara tepat dalam suatu proses industri akan menyebabkan kerusakan produk selama proses dan penurunan kualitas. Mengingat produk perikanan yang bersifat perishable, maka prinsip dan konsep Just in Time adalah suatu konsep penting yang harus diusung dalam mengaplikasikan sistem pengelolaan sumber daya manusia.

(6) Penempatan dalam Bisnis
Bagaimana industri memposisikan dirinya dalam bisnis perikanan. Nilai keuntungan akan semakin tinggi, apabila industri perikanan tersebut menggunakan strategi dari hulu ke hilir. Artinya memiliki intervensi langsung untuk pengadaan bahan baku (tanpa menggunakan banyak perantara) dan berhubungan langsung dengan pelanggan akhir. Selain dapat mengambil nilai efisiensi dari berkurangnya rantai bisnis tersebut, proses penyerapan dari produk juga sangat optimal untuk dijalankan.

(7) Tidak Mengembangkan Inovasi dalam Produk
Gagal dalam mengembangkan konsep produk, juga menjadi faktor penentu keberlangsungan dari usaha perikanan. Produk frozen tanpa adanya penambahan mungkin dalam aspek proses akan lebih murah dan cepat namun penyerapan produk tidak luas dan tidak konsisten. Produk dengan penambahan nilai, atau yang biasa disebut dengan value added product, memiliki nilai penyerapan yang luas karena dapat menjangkau bagian hilir dari bisnis. Inovasi produk juga harus dipertimbangkan dengan melihat bahan baku apa yang paling banyak berada di area pabrik atau industri tersebut, pastikan pasokan bahan baku tersedia secara konsisten dengan harga yang masuk ke dalam kalkulasi budget proses produksi.

(8) Tidak Patuh Peraturan
Hampir di semua industri, terdapat kewajiban pada pelaku industri untuk mematuhi peraturan. Khusus untuk perikanan kepatuhan ini akan mempengaruhi perijinan operasional untuk kebutuhan ekspor. Mengingat nilai jual ekspor yang sangat tinggi dengan penyerapan yang lebih baik dibandingkan dengan pasar lokal, maka sebaiknya perusahaan memastikan adanya komitmen yang kuat baik itu finansial maupun legal untuk mematuhi persyaratan yang ada, seperti aspek legal dalam ekspor impor, penjaminan limbah serta pemeriksaannya dan aturan terkait lainnya.

(9) Lupa untuk Membangun Pasar
Salah satu strategi yang tepat dalam industri perikanan, adalah pelaku industri perikanan harus mampu membaca kebutuhan pasar. Banyaknya kompetitor, memaksa pelaku industri untuk memutar otak pada pengembangan pasar yang akan ditetapkan untuk optimal dirambah. Pasar retail dan food service adalah pasar yang memberikan nilai penyerapan yang tinggi pada beberapa negara, sehingga pelaku industri ada baiknya mempelajari prilaku dari negara tersebut untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan dalam menempati pasar yang dimaksud.

(10) Tidak Terdapat Sistem Manajemen
Sesederhana apa pun suatu bentuk industri, harus dipastikan bahwa dalam industri tersebut harus terdapat SOP (Standard Operating Procedure) yang tepat untuk memastikan bahwa tahapan proses dijalankan tanpa adanya tumpang tindih antara proses yang satu dengan proses lainnya. Bagaimana mendeskripsikan pekerjaan yang tepat pada individu pelaku pekerjaan yang dimaksud. Termasuk di dalamnya memastikan pencatatan terhadap proses tersebut dijalankan secara tepat, sehingga hitungan dan evaluasi pada tiap tahapan dapat dijalankan secara sistematis.

Demikian 10 Alasan yang menyebabkan kesulitan pelaku industri perikanan untuk mempertahankan bisnis dan industrinya. Ada baiknya apabila pelaku industri ingin menjaga komitmen dan konsistensi terhadap bisnis yang dimilikinya, carilah referensi yang tepat untuk memecahkan masalah dalam usaha Anda. Misalnya dengan menggunakan konsultan di bidang jasa perikanan yang memang dapat mengakomodasi usaha Anda dengan optimal. (amarylliap@yahoo.com, 08129369926)

Januari 8, 2012 Posted by | Pengolahan Produk, Uncategorized | , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

PELATIHAN KEAMANAN PANGAN PADA INDUSTRI PERIKANAN


Proses pengolahan perikanan, seperti umumnya pada industri makanan lainnya membutuhkan adanya Sistem Manajemen Keamanan Pangan. Penyusunan Sistem Manajemen Keamanan Pangan terdiri atas beberapa tahapan penyusunan sistem:
(1) GMP (Good Manufacturing Practice)
Sistem awal Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang mengatur kebutuhan mendasar sebagai persyaratan utama dijalankannya Sistem Manajemen Keamanan Pangan. Adapun pengaturan yang ditetapkan adalah sistem (a) Bangunan dan lay out pabrik, penyediaan bangunan yang ditetapan sesuai dengan standar persyaratan yang ditetapkan dan lay out juga harus memperhatikan alir proses, alir masuk dan keluarnya personel maupun proses alir masuknya limbah dan material (b) Peralatan kerja, peralatan kerja yang digunakan dalam industri pangan tidak diperbolehkan mengandung bahan kimia dan material yang tidak dapat memberikan pengaruh kontaminasi silang kepada bahan makanan dan juga dapat menjadi infestasi dari serangga atau mikroba, sehingga desain dari peralatan harus dipastikan mudah untuk dibersihkan (c) Personnel hgygiene dimana menjelaskan proses sanitasi terhadap personel/ karyawan yang bekerja di dalam perusahaan, memastikan bagaimana melakukan pengendalian dan tata cara pencucian tangan yang dalam proses operasional, proses penanganan dan pengendalian seragam yang digunakan untuk bekerja, tata cara dan pengendalian status sakitnya karyawan dalam bekerja secara operasional di lapangan (d) Proses penanganan limbah, akan menjadi bagian yang sangat penting terhadap industri perikanan mengenai status penanganan limbah yang dihasilkan, hal ini menjadi penting karena adanya keterkaitan dengan regulasi termasuk di dalamnya adalah penanganan terhadap cara pemusnahan limbah yang dimaksud (e) Pest Control, dalam seluruh industri makanan, pest (serangga, tikus, maupun hewan pengganggu lainnya) dapat menjadi kontaminasi silang kepada produk makanan. Khususnya industri perkanan, resiko terhadap serangga dan efek kontaminasi silang akan sangat tinggi, mengingat jenis produk ini memiliki nilai protein yang tinggi dan mudah mengundang serangga dari aspek bau dari industi makanan itu sendiri. Good Manufacturing Practice yang ditetapkan dalam perindustrian
(2) SSOP (Standard Sanitation Operational Procedure)
Sistem terhadap sanitasi yang dijalankan di dalam proses operasional, adapun konsep dari proses pemastian tata cara pembersihan dan sanitasi terhadap peralatan kerja yang digunakan. Termasuk di dalamnya adalah tata cara untuk melakukan program kebersihan, cara dan metode pembersihan serta verifikasi dari proses kebersihan dan sanitasi dijalankan. Suatu proses sanitasi yang tepat dijalankan adalah jenis proses sanitasi yang memperhatikan kandungan kimia dari bahan pembersih yang digunakan termasuk di dalamnya adalah memperhatikan kandungan kimia yang ada di dalamnya yang kemudian disesuaikn dengan jenis material dan komposisi dari kandungan material yang ada di dalam dari bahan pangan yang dimaksud.
(3) HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
HACCP adalah metode yang awal yang dikembangkan untuk kebutuhan aspek jaminan keamanan pangan bagi astronot yang akan pergi ke luar angkasa. Bukankah akan sangat merepotkan apabila pada saat berada di luar angkasa, astronot tersebut mengalami sakit perut atau keracunan makanan? Prinsip terpenting dalam program HACCP adalah meminimalkan resiko yang muncul dan menghilangkan resiko keamanan yang muncul dalam proses operasional yang terkait dengan kontaminasi fisik, kimia dan biologi. Dalam system HACCP, terdapat delapan langkah yang terkait dengan proses penyusunan Sistem Manajemen Keamanan Pangan. Dalam system keamanan pangan hal yang sangat perlu diperhatikan adalah melakukan proses pengendalian terhadap batas kritis yang ada dalam standar pengendalian operasional pada setiap tahapan yang ada pada alir proses. Pelatihan terhadap Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang tepat adalah memastikan tersedianya Manual HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) yang mana dijadikan panduan dalam melakukan proses pengendalian terhadap titik kritis pada tahapan alir proses yang teridentifikasi.
(4) Manual Manajemen Mutu
Proses penyusunan terhadap dokumen manual dilakukan dengan mengadaptasi Sistem Manajemen ISO 22000:2005. Dimana di dalam proses penyusunannya, dilakukan penetapan dan penjelasan terhadap klausul-klausul yang ada dalam Standar ISO 22000:2005.
(5) Penyusunan SOP (standard Operating Procedure)
Pengembangan terhadap dokumentasi SOP dijalankan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan untuk penetapan standar kualitas produk yang telah ditetapkan. SOP yang dibuat harus dipastikan jelas dan terstruktur sehingga informasi yang terkait dengan uraian pekerjaan yang dijalankan di lapangan untuk memastikan bahwa personel yang ada dapat memahami detail-detail dari tahapan proses sehingga batasan kualitas yang dihasilkan sesuai dengan standar persyaratan yang telah ditetapkan.

MENGAPA PELATIHAN DIBUTUHKAN?
Satu hal yang pasti, penerapan dari industri perikanan membutuhkan komitmen dan konsistensi yang secara pasti dijalankan tanpa adanya pengecualian. Di mana dalam proses pelatihan hal yang menjadi tujuan adalah (1) menghasilkan individu karyawan yang terlatih dan kompeten dalam menjalankan sistem manajemen keamanan pangan (2) Mengubah budaya perusahaan untuk memastikan bahwa penetapan sistem terimplementasi bukanlah suatu keterpaksaan pada individu dalam perusahaan (3) meningkatkan kompetensi dari manajemen organisasi untuk dapat meningkatkan kompetisi dalam bisnis.

CARA DAN STRATEGI TERKAIT DENGAN PEMILIHAN PROVIDER PELATIHAN
Perusahaan harus memperhatikan prinsip dan strategi yang harus diperhatikan untuk menggunakan jasa pelatihan eksternal di bidang keamanan pangan:
(1) Kompetensi dari provider
Kompetensi dari tenaga pelatih yang akan memberikan arahan selama pelatihan menjadi suatu bentuk kompetensi unggulan. Sebaiknya perusahaan mencari provider yang memiliki instruktur yang memiliki latar belakang akademis dan pengalaman kerja yang memadai. Selain dari latar belakang tersebut, kompetensi interpersonal juga dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dengan peserta pelatihan.
(2) Silabus dan kurikulum pelatihan
Perhatikan poin-poin yang akan dimasukkan agenda dari kurikulum dan program pelatihan. Pelatihan yang baik akan dibentuk dalam format pelatihan terstruktur agar selama kurun waktu pelatihan dipastikan bahwa program pelatihan tersampaikan sesuai dengan harapan dari perusahaan itu sendiri.
(3) Evaluasi efektifitas pelatihan
Tidak ada salahnya apabila perusahaan menanyakan kepada provider pelatihan untuk memastikan apakah tersedia teknik dan metode untuk melakukan evaluasi terhadap efektifitas pelatihan.

Untuk lebih jauh dalam memahami program pelatihan terhadap keamanan pangan di bidang industri perikanan maupun industri perikanan, konsultan kami akan membantu perusahaan Anda dalam melakukan pengembangan program tersebut.

Januari 4, 2012 Posted by | Training | , , , | Tinggalkan komentar