seafoodmanagementconsultant

KONSULTAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN

Pengendalian Kontaminasi Benda Asing dalam Produk Fisheries

Dalam aplikasi industri perikanan, terkadang banyak pelaku proses lebih terfokus dengan bagaimana menjalankan proses pengendalian bahaya biologi dan bahaya kimia dibandingkan dengan program pengendalian yang terkait dengan benda asing. Lalu bagaimana dengan proses yang tepat bagi perusahaan dalam menjalankan sistem yang dapat mengkontaminasi benda asing dalam produk.

(1) Pengendalian Bahan Baku

Kontaminasi benda asing dapat muncul pada bahan baku produk.  Mengingat bahan baku produk fisheries sangat banyak bersentuhan dengan alam, maka tidak lah mengherankan apabila produk bahan baku fisheries sangat rentan atas terdapatnya kontaminan benda asing.  Proses pengendalian atas kontaminasi benda asing dapat dilakukan mulai dari program pengendalian pemasok.

(2) Pengendalian Proses

Adalah penting bagi perusahaan untuk dapat menjalankan proses pengendalian dengan tepat. Aplikasi atas status penggunaan peralatan, serta screening atas produk menjadi langkah yang tepat untuk dapat memastikan bagaimana tahapan atas setiap proses dijalankan secara benar dan efektif.

Bagaimana perusahaan dapat memastikan bahwa proses atas pengendalian bahan baku dan proses dijalankan secara tepat dalam manajemen keamanan pangan? Lakukan proses pencarian referensi eksternal yang tepat terkait dengan pelaksanaan program manajemen keamanan pangan dalam perusahaan Anda. (amarylliap@gmal.com, 08129369926, 081335632084)

Agustus 27, 2016 Posted by | konsultan industri perikanan, konsultan perikanan, Manual GMP, Manual HACCP, Pengolahan Produk, Training, Uncategorized | , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

Pentingnya Proses Penanganan Limbah dalam Industri Pangan

Dalam penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan, industri diharapkan tidak hanya mempertimbangkan tahapan kerja operasional produksi saja.  Adanya tuntutan yang kuat terkait dengan proses penanganan limbah juga menjadi bagian yang kuat dalam Sistem Manajemen Keamanan Pangan dan terutama adalah oleh Peraturan Pemerintah.

Hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam proses penanganan limbah industri.

(a) Sistem Pemisahan Limbah

Harus dapat dipastikan bahwa penanganan limbah terpisah untuk mempermudah penanganan limbah pada tempat pembuangan limbah akhir.  Perusahaan dapat menetapkan SOP khusus yang terkait dengan proses penangan limbah.

(b) Sistem Penanganan Limbah Cair

Salah satu resiko terbesar pada industri pangan/ perikanan adalah status dari penanganan limbah yang dimaksud.  Seperti bagaimana waste water treatment dijalankan.  Memastikan bahwa mekanisme dari penanganan limbah tersebut secara tepat dapat menghasilkan limbah yang dapat sesuai dengan baku mutu lingkungan.

(c) Sistem recycle limbah

Perusahaan harus dapat memastikan adanya sistem recycle limbah yang tepat dapat memberikan dampak positif terhadap limbah.  Dimana limbah itu sendiri dapat dioptimalkan menjadi suatu produk yang layak untuk dijual atau ditingkatkan manfaatnya.

Bagaimana proses penanganan limbah di perusahaan Anda. Satu hal yang amat sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana limbah tersebut tidak menyebabkan adanya kontaminasi silang.  Lakukan proses pencarian referensi eksternal yang tepat terkait dengan proses penanganan limbah di perusahaan Anda. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

 

Juni 24, 2014 Posted by | BRC, ISO 22000, Manual GMP, Manual HACCP, Pengolahan Produk | , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

Memilih Sistem Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan

Bagi industri pangan/ perikanan, pada saat ini banyak alternatif sertifikasi manajemen keamanan yang dapat dipergunakan.  Dimana hal ini dapat menjadi opsi pilihan yang menarik dan memberikan nilai jual terhadap industri pangan/ perikanan.  Lalu sistem manajemen sertifikasi mana yang akan dipilih oleh perusahaan?

(1) HACCP

Sertifikasi HACCP adalah sertifikasi dasar yang menjadi bagian penting pada industri pangan/ perikanan.  Dalam industri perikanan, sertifikasi HACCP adalah menjadi kewajiban dan juga didukung oleh Kementerian Perikanan. Dengan sertifikasi ini, perusahaan sudah mendapatkan jaminan bahwa sistem manajemen operasional dari perusahaan telah terjamin keamanannya.

(2) ISO 22000

ISO 22000 adalah sertifikasi yang berbasikan pengendalian terhadap keamanan pangan yang menyeluruh pada seluruh komponen dalam perusahaan. Jenis sertifikasi ini dapat memberikan jaminan lebih pada perusahaan, dimana pelanggan melihat adanya keseriusan secara total pada perusahaan dalam menetapkan standar sistem manajemen.  Apabila perusahaan sudah menjalankan Standar ISO 22000 maka sudah tidak diperlukan lagi memiliki sertifikasi HACCP, karena di dalam sistem ISO 22000 sudah termuat sistem HACCP.

(3) Sertifikasi GFSI

Selai ISO 22000, Global Food Safety Institue merekomendasikan sertifikasi FSSC, BRC dan IFS sebagai sertifikasi yang dipersyaratkan oleh beberapa perusahaan pangan besar.  ISO 22000 tidak menjadi prasyarat utama yang dipertimbangkan, hal ini lebih disebabkan karena Sistem Manajemen ISO 22000 tidak mengendalikan secara teknis pelaksanaan sistem manajemen keamanan pangan.  Faktor teknis yang terkait adalah kondisi infrastruktur, lay out, kompetensi sumber daya manusia serta persyaratan teknis lainnya.

Perusahaan sebaiknya melakukan proses pemilihan sertifikasi berdasarkan pada kebutuhan dan kepentingan dari pelanggan dan sasaran pasar yang akan dituju. Lakukan proses pencarian referensi eksternal yang tepat dalam pengembangan Sistem Manajemen Keamanan Pangan. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

 

 

Juni 22, 2014 Posted by | BRC, ISO 22000 | , , , , , , , , , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

5 Prinsip Dasar Dalam Menjalankan Program Pest Control

Dalam industri pangan ataupun perikanan, permasalahan terhadap serangga adalah suatu permasalahan yang harus dipastikan terkendali dengan baik.  Sistem dan pemahaman terhadap tata cara pengendaliannya harus dipastikan dapat meminimalkan resiko kontaminasi serangga yang masuk ke dalam sistem operasional proses.

Berkaitan dengan aplikasi pest control, terdapat 5 prinsip dasar yang sebaiknya menjadi bagian penting untuk dikedepankan ketika melakukan proses penanganan terhadap pengendalian serangga.

(1) Konsep pencegahan

Adalah penting bagi suatu unit usaha dalam industri pangan untuk memastikan bahwa pencegahan diajalankan.  Proses mencegah serangga untuk masuk ke dalam area proses dapat dilakukan dengan cara menjalankan program sanitasi secara tepat dan optimal.  Pemastian untuk mencegah dapat dijalankan dengan cara mengoptimalkan aspek GMP pada bagunan, dimana area proses terlindungi dari resiko masuknya serangga dari lingkungan sekitar.

(2) Sistem dan prosedur

Adanya sistem dan prosedur yang memastikan adanya pemantauan secara berkala berkaitan dengan fungsi trapping dan aplikasi koreksi yang dijalankan.  Tahapan ini berguna untuk memastikan adanya suatu pengendalian terkait dengan adanya resiko masuknya serangga dan hewan pengganggu lainnya ke area kerja proses.

(3) Pelatihan dan kompetensi

Memastikan bahwa operator dan provider pelaksana kegiatan pest control telah memiliki aspek kompetensi dan sertifikasi yang memadai untuk mengakomodasi proses pencegahan terkait dengan penanganan serangga di lapangan.

(4) Analisis data

Proses inspeksi secara berkala dilakukan pada sistem yang telah dijalankan.  Adanya pencatatan sangat penting untuk mengumpulkan data-data terhadap program pest control yang telah dijalankan.  Statistika dapat digunakan untuk melakukan proses korelasi antara sistem yang dibuat dengan data yang didapat.

(5) Evaluasi Sistem

Memastikan efektifitas terkait dengan pelaksanaan program pest control. Penetapan tindakan perbaikan dilakukan berdasarkan data untuk dapat melihat bagaimana proses pest control dijalankan secara optimal.

Bagaimana dengan aplikasi pest control di perusahaan Anda? Lakukan pengembangan referensi eksternal yang tepat untuk mengaplikasikan program pest control sebagai nilai penting untuk mengoptimalkan pengendalian terhadap serangga. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

 

 

Oktober 17, 2013 Posted by | BRC, ISO 22000, Manual GMP, Manual HACCP, Pengolahan Produk | , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

10 ALASAN YANG MENYEBABKAN INDUSTRI PERIKANAN GAGAL BERTAHAN

Banyak orang yang mengira bahwa industri perikanan adalah industri yang mudah untuk dirambah. Kelihatannya memang tidak sulit, bagaimana kita menerima bahan baku kemudian mengolahnya dan menjualnya yang mungkin dengan harga yang berkali-kali lipat dibandingkan dengan harga bahan bakunya. Namun, seringkali kita melihat jarang sekali perusahaan perikanan, khususnya lokal, dapat berkembang secara pesat sampai dengan puluhan tahun. Lalu apa yang menjadi kesulitan dari pengembangan industri perikanan di Indonesia.

(1) Kegagalan dalam perencanaan produksi
Salah satu keunikan dari industri perikanan adalah kedekatan dengan faktor dan siklus alam yang tidak menentu. Di mana otomatis, hal tersebut akan menyebabkan ke dalam kerumitan tertentu untuk perencanaan produksi. Misalnya, ketika suatu industri memprediksi bahwa bahan baku akan datang dengan jumlah banyak dan sudah mempersiapkan tenaga kerja untuk mengolah produk tersebut, namun ternyata gagal produksi, tentu kerugian yang akan di dapatkan. Belum lagi ketidaktepatan dalam realisasi produksi yang akan dijalankan untuk dijual kepada pelanggan.

(2) Kesalahan dalam melakukan proses penyusunan budget
Salah satu keunikan dalam industri perikanan adalah kesulitan dalam mengukur seberapa besar budget yang harus dikeluarkan untuk alokasi sumber daya manusia. Beberapa perusahaan mengeluaran strategi menetapkan budget dengan biaya yang tinggi namun hasil pengadaan bahan baku nilainya tidak sebanyak dengan hasil yang didapatkan. Menarik untuk dicermati, lalu apakah industri ini seperti bermain judi? Tentu tidak, dalam industri perikanan peranan Finance Controller memegang peranan penting untuk menghitung strategi yang tepat apakan pengeluaran biaya alokasi bahan baku tersebut dapat menghasilkan estimasi pengadaan yang sepandan. Hal ini tentu saja, harus disertai dengan pengalaman yang tepat.

(3) Alpa dalam menerapkan Sistem Manajemen Keamanan Pangan
Dibandingkan dengan industri pangan lainnya, industri perikanan adalah jenis industri yang memiliki tingkat komitmen yang sangat tinggi terhadap aplikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan (HACCP dan Sistem ISO 22000). Selain karena peraturan dan regulasi yang ditetapkan cenderung sangat kuat, produk perikanan itu sendiri masuk ke dalam kategori produk dengan resiko tinggi. Tentu saja pelaku industri sebaiknya berpikir untuk tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan konsumen, yang tentu saja akan berakibat kepada kepercayaan dalam bisnis.

(4) Tidak Menjaga Kualitas
Kesalahan yang paling sering muncul pada industri mana pun, tidak hanya perikanan. Namun khusus perikanan, apabila suatu industri ingin memasuki suatu area dengan segmentasi high level, tentu saja harus mempertimbangkan biaya kualitas sebagai bentuk akomodasi dari proses operasional bisnis. Tindakan ambil untung besar dengan mengorbankan kualitas akan berakibat hilangnya kepercayaan konsumen kepada pelaku industri.

(5) Kegagalan dalam mengembangkan kompetensi SDM
Faktor ini sebenarnya juga tidak hanya dapat merusak proses bisnis, namun juga akan beresiko terhadap produk. Kegagalan perusahaan untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan tidak memiliki aspek disiplin yang tinggi akan berakibat pada nilai reject dalam produk. Bahan baku dengan kualitas paling tinggi sekalipun apabila tidak dapat diproses secara tepat dalam suatu proses industri akan menyebabkan kerusakan produk selama proses dan penurunan kualitas. Mengingat produk perikanan yang bersifat perishable, maka prinsip dan konsep Just in Time adalah suatu konsep penting yang harus diusung dalam mengaplikasikan sistem pengelolaan sumber daya manusia.

(6) Penempatan dalam Bisnis
Bagaimana industri memposisikan dirinya dalam bisnis perikanan. Nilai keuntungan akan semakin tinggi, apabila industri perikanan tersebut menggunakan strategi dari hulu ke hilir. Artinya memiliki intervensi langsung untuk pengadaan bahan baku (tanpa menggunakan banyak perantara) dan berhubungan langsung dengan pelanggan akhir. Selain dapat mengambil nilai efisiensi dari berkurangnya rantai bisnis tersebut, proses penyerapan dari produk juga sangat optimal untuk dijalankan.

(7) Tidak Mengembangkan Inovasi dalam Produk
Gagal dalam mengembangkan konsep produk, juga menjadi faktor penentu keberlangsungan dari usaha perikanan. Produk frozen tanpa adanya penambahan mungkin dalam aspek proses akan lebih murah dan cepat namun penyerapan produk tidak luas dan tidak konsisten. Produk dengan penambahan nilai, atau yang biasa disebut dengan value added product, memiliki nilai penyerapan yang luas karena dapat menjangkau bagian hilir dari bisnis. Inovasi produk juga harus dipertimbangkan dengan melihat bahan baku apa yang paling banyak berada di area pabrik atau industri tersebut, pastikan pasokan bahan baku tersedia secara konsisten dengan harga yang masuk ke dalam kalkulasi budget proses produksi.

(8) Tidak Patuh Peraturan
Hampir di semua industri, terdapat kewajiban pada pelaku industri untuk mematuhi peraturan. Khusus untuk perikanan kepatuhan ini akan mempengaruhi perijinan operasional untuk kebutuhan ekspor. Mengingat nilai jual ekspor yang sangat tinggi dengan penyerapan yang lebih baik dibandingkan dengan pasar lokal, maka sebaiknya perusahaan memastikan adanya komitmen yang kuat baik itu finansial maupun legal untuk mematuhi persyaratan yang ada, seperti aspek legal dalam ekspor impor, penjaminan limbah serta pemeriksaannya dan aturan terkait lainnya.

(9) Lupa untuk Membangun Pasar
Salah satu strategi yang tepat dalam industri perikanan, adalah pelaku industri perikanan harus mampu membaca kebutuhan pasar. Banyaknya kompetitor, memaksa pelaku industri untuk memutar otak pada pengembangan pasar yang akan ditetapkan untuk optimal dirambah. Pasar retail dan food service adalah pasar yang memberikan nilai penyerapan yang tinggi pada beberapa negara, sehingga pelaku industri ada baiknya mempelajari prilaku dari negara tersebut untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan dalam menempati pasar yang dimaksud.

(10) Tidak Terdapat Sistem Manajemen
Sesederhana apa pun suatu bentuk industri, harus dipastikan bahwa dalam industri tersebut harus terdapat SOP (Standard Operating Procedure) yang tepat untuk memastikan bahwa tahapan proses dijalankan tanpa adanya tumpang tindih antara proses yang satu dengan proses lainnya. Bagaimana mendeskripsikan pekerjaan yang tepat pada individu pelaku pekerjaan yang dimaksud. Termasuk di dalamnya memastikan pencatatan terhadap proses tersebut dijalankan secara tepat, sehingga hitungan dan evaluasi pada tiap tahapan dapat dijalankan secara sistematis.

Demikian 10 Alasan yang menyebabkan kesulitan pelaku industri perikanan untuk mempertahankan bisnis dan industrinya. Ada baiknya apabila pelaku industri ingin menjaga komitmen dan konsistensi terhadap bisnis yang dimilikinya, carilah referensi yang tepat untuk memecahkan masalah dalam usaha Anda. Misalnya dengan menggunakan konsultan di bidang jasa perikanan yang memang dapat mengakomodasi usaha Anda dengan optimal. (amarylliap@yahoo.com, 08129369926)

Januari 8, 2012 Posted by | Pengolahan Produk, Uncategorized | , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar